Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan hidup dari pada setiap manusia yang ada di dunia, baik itu pendidikan
formal maupun pendidikan informal. Pendidikan tersebut juga tidak hanya berlaku
untuk anak yang sudah beranjak dewasa saja. Pendidikan itu justru harus di
berikan pada manusia sejak ia lahir hingga ia meninggal dunia. Seperti pepatah
yang ada “tuntutlah ilmu sampai keliang lahat”. Pendidikan itu berhenti
diperoleh dan di dapati seseorang hingga ia mati.
Seperti
yang telah kita ketahui bersama, bahwa masa keemasan seseorang untuk dapat
menyerap dan belajar informasi atau pengetahuan itu adalah pada masa Pra
sekolah, sejak anak umur 1 hingga 5 tahum pertama. Anak mampu menyerap
informasi atau pengetahuan itu lebih cepat dan baik. Sehingga pendidikan untuk
anak-anak Pra sekolah pun sangat penting untuk dilaksanakan dan digalakkan.
Dari dulu pendidikan anak usia dini sudah mendapat perhatian yang besar hingga
saat ini. Perkembangan lembaga pendidikan dan bermain anak-anak usia dini pun
berkembang pesat. Meski pada kenyataannya, tidak semua anak yang ada di
Indonesia harus dimasukkan ke sekolah anak-anak usia dini.
Pendidikan
yang digalakkan untuk anak usia dini saat ini lebih di kenal sebagai, PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). Seperti apa itu PAUD? bagaimana tujuan yang
digalakkan untuk anak-anak usia dini ? dan seperti apa lembaga pendidikan yang
menaungi anak-anak usia dini untuk belajar sambil bermain ?
1.
Pengertian
PAUD
Pendidikan anak
usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak
usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
2.
Tujuan PAUD
Ada
dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
·
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia
yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
·
Tujuan pelengkap: untuk membantu menyiapkan anak
mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan
anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6
tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
3.
Ruang
Lingkup PAUD
Ø Infant
(0-1 tahun)
Ø Toddler
(2-3 tahun)
Ø Preschool/
Kindergarten children (3-6 tahun)
Ø Early
Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
4.
Kategori
PAUD
Secara
esensial, substansial PAUD memiliki 3 Kategori, dan itu semua tidak ada
perbedaan karena masing-masing bertujuan melejitkan semua potensi perkembangan
yang telah dimiliki setiap anak sejak lahir.
3 kategori dalam PAUD yakni :
1.
PAUD Formal :
TK / RA
2.
PAUD Non Formal
: Kelompok bermain, Taman Penitipan Anak dan Satuan Paud Sejenis (SPS)
3.
PAUD Informal :
Paud yang dilaksanakan oleh Lingkungan, misalnya Pendidikan dalam keluarga
Menurut 3
kategori yang tercantum diatas, PAUD diindentikkan pendidikan TK. Tentu
pendapat ini kurang tepat mengingat pendidikan TK hanya dialami anak satu atau
dua tahun. Itu pun jika anak sempat mengalami pendidikan TK. Mengingat batasan
PAUD adalah usia anak sejak lahir hingga enam tahun, PAUD lebih banyak
dilaksanakan keluarga. Dengan demikian, keluargalah yang paling bertanggung
jawab pada PAUD. Seperti halnya di rumah Orang tualah yang berperan, sedangkan
disekolah yang berperan adalah guru. Akan tetapi terkadang mereka belum paham
siapa, apa, dan bagaimana, serta apa yang dibutuhkan oleh anak sehingga mereka
sering memperlakukan anak. Misalnya anak-anak yang membutuhkan rangsangan
bahkan sejak dalam kandungan rangsangan yang dimaksud mungkin dalam kandungan
sesering mungkin anak diajak berbicara, dibacakan cerita, didengarkan musik
klasik dan semacamnya sambil perut ibunya dielus-elus, namun itu semua
terlewatkan begitu saja. Bahkan yang lebih fatal lagi orang tua sering
melakukan sesuatu yang kontra-produktif terhadap anak-anak, seperti ibu yang
mendapat tekanan psikhologis/emosional ketika sedang mengandung serta perlakuan
kekerasan kepada anak.
Pada PAUD Non Formal meliputi SPS, SPS merupakan
lembaga Paud non formal di luar Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak,
contohnya ialah Pos Paud (Paud yang diintegrasikan dengan Posyandu dan BKB),
Taman Pendidikan Anak Sholeh (TAPAS), Taman Anak Anak Muslim (TAAM) yaitu Paud
yang diitegrasikan dengan Taman Pendidikan Al Qur’an, dll.
Kini zaman sudah berubah. Kita sudah sampai pada zaman teknologi canggih.
Secara garis besar teknologi sangat berperan penting dalam program PAUD ini
salah satunya adalah sebagai Media Pembelajaran. Disini kita dapat mengenalkan
kepada anak-anak didik kita, media pembelajaran secara interaktif dengan
menggunakan internet. Seperti halnya berada diruang kelas, kita dapat merubah
yang dulunya dalam belajar sangat menjenuhkan dan membosankan yang hanya
itu-itu saja kalau tidak diterangkan ya diberi tugas tetapi dengan adanya media
ini, kini dapat menciptakan suasana kelas yang penuh dengan ilmu teknologi
yakni menciptakan game online sehingga anak-anak jadi betah dan senang dengan
fasilitas yang disediakan.
5.
Bagian dari
PAUD
1. Taman
Kanak-kanak (TK)
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah
jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di
bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung
pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari
tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
- TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
- TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di
sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk
lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid
kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di
TK.
Ø Raudatul
Athfal (RA)
Ø Bustanul
Athfal (BA)
Ø Kelompok
Bermain (KB)
Ø Taman
Penitipan Anak (TPA)
Ø Satuan
PAUD Sejenis (SPS)
Ø Sekolah
Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
Ø Bina
Keluarga Balita
Ø Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Ø Keluarga
Ø Lingkungan
Di
daerah-daerah masih banyak berfokus pada usia 5-6 tahun atau anak-anak yang
bersekolah di Taman Kanak-kanak. Akibatnya, empat tahun pertama di masa emas
anak-anak tersebut menjadi kurang diperhatikan, padahal di usia tersebut mereka
juga perlu dimaksimalkan potensi dan tumbuh kembangnya.
6. Pandangan(Perbedaan)
mengenai PAUD masa dulu dengan masa sekarang.
5 tahun
pertama anak merupakan masa keemasan anak untuk dapat belajar secara baik dan
konsisten. Namun, dengan hal tersebut bukan berarti kita sebagai orang tua atau
wali anak-anak tersebut memberikan beban yang besar untuk anak-anak tersebut.
Dimana kita memaksakan anak-anak untuk dapat belajar sebaik dan sebanyak atau
sekeras mungkin pada usia 5 tahun mereka. Sehingga kegiatan bermain mereka di
umur tersebut di kurangi atau bahkan disita dari mereka.
Seorang
manusia bisa hidup bebas tanpa harus memikirkan hal-hal lain di sekita mereka
hanyalah di 5 tahun pertama mereka. Bermain dan berkumpul dengan teman
sebayanya adalah hal yang seharusnya mereka dapati. Sebab, sejak anak itu masuk
sekolah dasar hingga ia dewasa, maka akan banyak tanggung jawab yang harus ia
emban dan penuhi. Sehingga kesempatan anak untuk dapat mengeksplor kemampuan
dan keinginannya secara bebas pun hanya bisa ia lakukan pada umur 5 tahunnya.
Ketika anak berbuat salah yang dia dapati hanyalah teguran, bukan hukuman.
Namun, lewat umur 5 tahun, ketika anak melakukan kesalahan, maka anak tersebut
harus mampu mempertanggung jawabkannya atau bahkan diberi hukuman. penggunaan teknologi atau game online bagi anak-anak usia dini pun dapat mempengaruhi perkembangan anak tersebut dan seharusnya diperhatikan.
Hal-hal
seperti inilah yang seharusnya diperhatikan pada proses pembelajaran dan
bermain anak di sekolah-sekolah PAUD. Dimana tujuan utama PAUD itu ada adalah
untuk membantu para orangtua dalam membentuk karakter dan pribadi anak
kedepannya. Mengenalkan anak bagaimana dunia itu sesungguhnya, mengenalkan
jenis buah-buahan atau sayur-sayuran. Hal-hal seperti ini masih saya dapatkan
di masa saya. Dimana saat itu saya dikenalkan oleh guru TK saya, bagaimana
kehidupan itu. Maksud dari kehidupan di sini adalah, apa-apa saja yang harus
saya ketahui (seperti nama-nama buah dan sayuran), bagaimana menghormati orang
yang lebih tua, belajar menghitung angka yang sederhana, bersosialisasi dengan
teman-teman lainnya.
Dimasa
sekarang ini, ada beberapa fungsi dari PAUD itu sedikit dihilangkan bahkan
tugas dari anak itu menjadi lebih complex. Sehingga memberikan anak tanggung
jawab yang lebih besar dari pada seharusnya. Dan hal yang berubah atau
bertambah itu adalah tanggung jawab anak untuk dapat belajar mengenal huruf dan
angka lebih jauh lagi layaknya saya belajar huruf dan angka ketika saya di
kelas satu dan dua SD. Hal tersebut terlalu cepat untuk seorang anak berumur 5
tahun kebawah. Intensitas anak untuk belajar lebih banyak ketimbang anak harus
bermain. Sehingga jangka waktu anak unutuk dapat hidup bebas dan bermain dengan
riang sesuai kebutuhannya pun harus tersita. Yang awalnya anak memiliki rentang
waktu 5 tahun, sekarang rentang waktu
yang dimiliki hanya hingga umur mereka 3 tahun. Yang seharusnya di umur 5
tahun, mereka bisa bermaih sepuasnya. Namun, di umur itu juga, sekarang mereka
harus di bebankan PR oleh guru-gurunya.
Konsep seperti
ini, di satu sisi mungkin baik untuk anak. Sebab, anak mampu mengenal dan
mengetahui informasi itu lebih fresh bagi mereka dan mampu membanca dan
mengenal huruf secara lebih cepat dari biasanya. Namun di sisi lain, hal –hal
seperti ini justru telah membrikan anak tanggung jawab yang besar lebih awal.
Padahal, tanggung jawab itu akan mereka terima juga nantinya. Kebijakan seperti
ini pun membuat kurikulum belajar anak SD berubah. Dimana seorang anak itu bisa
di terima belajar di SD, jika anak tersebut sudah mampu membaca paragraph dan
menghitung angka yang jauh lebih complex. Tuntutan ini nantinya akan memberikan
dampak yang buruk pada anak.
Jadi, saya
pribadi sejujurnya lebih memilih pola belajar PAUD yang dulu. Seperti saya dulu
masih TK, yang fungsi PAUD itu benar-benar masih pada tempatnya. Karena dengan
konsep PAUD yang dulu, dapat membantu anak mengenal jati dirinya secara lengkap
dan sempurna. Permainan-permainan yang disajikan pun sebaiknya kembali kepada
alam, bukan justru mengenalkan anak pada teknologi-teknologi canggih. Karena
hal tersebut dapat berpengarung pada pribadi anak. Secara tidak langsung kita
akan membentuk anak itu nantinya menjadi anak atau generasi yang individual
bukan social.