Jumat, 26 April 2013

Sejatinya PAUD itu INDAH



Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup dari pada setiap manusia yang ada di dunia, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan tersebut juga tidak hanya berlaku untuk anak yang sudah beranjak dewasa saja. Pendidikan itu justru harus di berikan pada manusia sejak ia lahir hingga ia meninggal dunia. Seperti pepatah yang ada “tuntutlah ilmu sampai keliang lahat”. Pendidikan itu berhenti diperoleh dan di dapati seseorang hingga ia mati.
            Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa masa keemasan seseorang untuk dapat menyerap dan belajar informasi atau pengetahuan itu adalah pada masa Pra sekolah, sejak anak umur 1 hingga 5 tahum pertama. Anak mampu menyerap informasi atau pengetahuan itu lebih cepat dan baik. Sehingga pendidikan untuk anak-anak Pra sekolah pun sangat penting untuk dilaksanakan dan digalakkan. Dari dulu pendidikan anak usia dini sudah mendapat perhatian yang besar hingga saat ini. Perkembangan lembaga pendidikan dan bermain anak-anak usia dini pun berkembang pesat. Meski pada kenyataannya, tidak semua anak yang ada di Indonesia harus dimasukkan ke sekolah anak-anak usia dini.
            Pendidikan yang digalakkan untuk anak usia dini saat ini lebih di kenal sebagai, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Seperti apa itu PAUD? bagaimana tujuan yang digalakkan untuk anak-anak usia dini ? dan seperti apa lembaga pendidikan yang menaungi anak-anak usia dini untuk belajar sambil bermain ?
1.      Pengertian PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
2.      Tujuan PAUD
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
·         Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
·         Tujuan pelengkap: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
3.      Ruang Lingkup PAUD
Ø  Infant (0-1 tahun)
Ø  Toddler (2-3 tahun)
Ø  Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
Ø  Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

4.      Kategori PAUD
Secara esensial, substansial PAUD memiliki 3 Kategori, dan itu semua tidak ada perbedaan karena masing-masing bertujuan melejitkan semua potensi perkembangan yang telah dimiliki setiap anak sejak lahir.
3 kategori dalam PAUD yakni :
1.      PAUD Formal : TK / RA
2.      PAUD Non Formal : Kelompok bermain, Taman Penitipan Anak dan Satuan Paud Sejenis (SPS)
3.      PAUD Informal : Paud yang dilaksanakan oleh Lingkungan, misalnya Pendidikan dalam keluarga
Menurut 3 kategori yang tercantum diatas, PAUD diindentikkan pendidikan TK. Tentu pendapat ini kurang tepat mengingat pendidikan TK hanya dialami anak satu atau dua tahun. Itu pun jika anak sempat mengalami pendidikan TK. Mengingat batasan PAUD adalah usia anak sejak lahir hingga enam tahun, PAUD lebih banyak dilaksanakan keluarga. Dengan demikian, keluargalah yang paling bertanggung jawab pada PAUD. Seperti halnya di rumah Orang tualah yang berperan, sedangkan disekolah yang berperan adalah guru. Akan tetapi terkadang mereka belum paham siapa, apa, dan bagaimana, serta apa yang dibutuhkan oleh anak sehingga mereka sering memperlakukan anak. Misalnya anak-anak yang membutuhkan rangsangan bahkan sejak dalam kandungan rangsangan yang dimaksud mungkin dalam kandungan sesering mungkin anak diajak berbicara, dibacakan cerita, didengarkan musik klasik dan semacamnya sambil perut ibunya dielus-elus, namun itu semua terlewatkan begitu saja. Bahkan yang lebih fatal lagi orang tua sering melakukan sesuatu yang kontra-produktif terhadap anak-anak, seperti ibu yang mendapat tekanan psikhologis/emosional ketika sedang mengandung serta perlakuan kekerasan kepada anak.
Pada PAUD Non Formal meliputi SPS, SPS merupakan lembaga Paud non formal di luar Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak, contohnya ialah Pos Paud (Paud yang diintegrasikan dengan Posyandu dan BKB), Taman Pendidikan Anak Sholeh (TAPAS), Taman Anak Anak Muslim (TAAM) yaitu Paud yang diitegrasikan dengan Taman Pendidikan Al Qur’an, dll.
Kini zaman sudah berubah. Kita sudah sampai pada zaman teknologi canggih. Secara garis besar teknologi sangat berperan penting dalam program PAUD ini salah satunya adalah sebagai Media Pembelajaran. Disini kita dapat mengenalkan kepada anak-anak didik kita, media pembelajaran secara interaktif dengan menggunakan internet. Seperti halnya berada diruang kelas, kita dapat merubah yang dulunya dalam belajar sangat menjenuhkan dan membosankan yang hanya itu-itu saja kalau tidak diterangkan ya diberi tugas tetapi dengan adanya media ini, kini dapat menciptakan suasana kelas yang penuh dengan ilmu teknologi yakni menciptakan game online sehingga anak-anak jadi betah dan senang dengan fasilitas yang disediakan.
5.      Bagian dari PAUD
1.      Taman Kanak-kanak (TK)
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
  • TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
  • TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK.
Ø  Raudatul Athfal (RA)
Ø  Bustanul Athfal (BA)
Ø  Kelompok Bermain (KB)
Ø  Taman Penitipan Anak (TPA)
Ø  Satuan PAUD Sejenis (SPS)
Ø  Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
Ø  Bina Keluarga Balita
Ø  Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Ø  Keluarga
Ø  Lingkungan
Di daerah-daerah masih banyak berfokus pada usia 5-6 tahun atau anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak. Akibatnya, empat tahun pertama di masa emas anak-anak tersebut menjadi kurang diperhatikan, padahal di usia tersebut mereka juga perlu dimaksimalkan potensi dan tumbuh kembangnya. 

6.      Pandangan(Perbedaan) mengenai PAUD masa dulu dengan masa sekarang.
5 tahun pertama anak merupakan masa keemasan anak untuk dapat belajar secara baik dan konsisten. Namun, dengan hal tersebut bukan berarti kita sebagai orang tua atau wali anak-anak tersebut memberikan beban yang besar untuk anak-anak tersebut. Dimana kita memaksakan anak-anak untuk dapat belajar sebaik dan sebanyak atau sekeras mungkin pada usia 5 tahun mereka. Sehingga kegiatan bermain mereka di umur tersebut di kurangi atau bahkan disita dari mereka.
Seorang manusia bisa hidup bebas tanpa harus memikirkan hal-hal lain di sekita mereka hanyalah di 5 tahun pertama mereka. Bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya adalah hal yang seharusnya mereka dapati. Sebab, sejak anak itu masuk sekolah dasar hingga ia dewasa, maka akan banyak tanggung jawab yang harus ia emban dan penuhi. Sehingga kesempatan anak untuk dapat mengeksplor kemampuan dan keinginannya secara bebas pun hanya bisa ia lakukan pada umur 5 tahunnya. Ketika anak berbuat salah yang dia dapati hanyalah teguran, bukan hukuman. Namun, lewat umur 5 tahun, ketika anak melakukan kesalahan, maka anak tersebut harus mampu mempertanggung jawabkannya atau bahkan diberi hukuman. penggunaan teknologi atau game online bagi anak-anak usia dini pun dapat mempengaruhi perkembangan anak tersebut dan seharusnya diperhatikan.
Hal-hal seperti inilah yang seharusnya diperhatikan pada proses pembelajaran dan bermain anak di sekolah-sekolah PAUD. Dimana tujuan utama PAUD itu ada adalah untuk membantu para orangtua dalam membentuk karakter dan pribadi anak kedepannya. Mengenalkan anak bagaimana dunia itu sesungguhnya, mengenalkan jenis buah-buahan atau sayur-sayuran. Hal-hal seperti ini masih saya dapatkan di masa saya. Dimana saat itu saya dikenalkan oleh guru TK saya, bagaimana kehidupan itu. Maksud dari kehidupan di sini adalah, apa-apa saja yang harus saya ketahui (seperti nama-nama buah dan sayuran), bagaimana menghormati orang yang lebih tua, belajar menghitung angka yang sederhana, bersosialisasi dengan teman-teman lainnya.
Dimasa sekarang ini, ada beberapa fungsi dari PAUD itu sedikit dihilangkan bahkan tugas dari anak itu menjadi lebih complex. Sehingga memberikan anak tanggung jawab yang lebih besar dari pada seharusnya. Dan hal yang berubah atau bertambah itu adalah tanggung jawab anak untuk dapat belajar mengenal huruf dan angka lebih jauh lagi layaknya saya belajar huruf dan angka ketika saya di kelas satu dan dua SD. Hal tersebut terlalu cepat untuk seorang anak berumur 5 tahun kebawah. Intensitas anak untuk belajar lebih banyak ketimbang anak harus bermain. Sehingga jangka waktu anak unutuk dapat hidup bebas dan bermain dengan riang sesuai kebutuhannya pun harus tersita. Yang awalnya anak memiliki rentang waktu  5 tahun, sekarang rentang waktu yang dimiliki hanya hingga umur mereka 3 tahun. Yang seharusnya di umur 5 tahun, mereka bisa bermaih sepuasnya. Namun, di umur itu juga, sekarang mereka harus di bebankan PR oleh guru-gurunya.
Konsep seperti ini, di satu sisi mungkin baik untuk anak. Sebab, anak mampu mengenal dan mengetahui informasi itu lebih fresh bagi mereka dan mampu membanca dan mengenal huruf secara lebih cepat dari biasanya. Namun di sisi lain, hal –hal seperti ini justru telah membrikan anak tanggung jawab yang besar lebih awal. Padahal, tanggung jawab itu akan mereka terima juga nantinya. Kebijakan seperti ini pun membuat kurikulum belajar anak SD berubah. Dimana seorang anak itu bisa di terima belajar di SD, jika anak tersebut sudah mampu membaca paragraph dan menghitung angka yang jauh lebih complex. Tuntutan ini nantinya akan memberikan dampak yang buruk pada anak.
Jadi, saya pribadi sejujurnya lebih memilih pola belajar PAUD yang dulu. Seperti saya dulu masih TK, yang fungsi PAUD itu benar-benar masih pada tempatnya. Karena dengan konsep PAUD yang dulu, dapat membantu anak mengenal jati dirinya secara lengkap dan sempurna. Permainan-permainan yang disajikan pun sebaiknya kembali kepada alam, bukan justru mengenalkan anak pada teknologi-teknologi canggih. Karena hal tersebut dapat berpengarung pada pribadi anak. Secara tidak langsung kita akan membentuk anak itu nantinya menjadi anak atau generasi yang individual bukan social.