Zaman romantic muncul pada tahun 1750 setelah zaman modern
lainnya, yaitu zaman Renaissance, Barok, dan zaman Fajar Budi. Pada zaman
romantic, aliran yang digunakan oleh tokoh-tokoh besat saat itu adalah aliran idealism.
Aliran Idealisme itu sendiri memprioritaskan terhadap ide-ide dan berlawanan
dengan “materialism” yang memprioritaskan dunia material saja. Tokoh zaman
romantic yang menganut aliran idealisme adalah George Wilhelm Friedrich Hegel.
George Wilhelm Friedrich Hegel lahir
di Jerman pada19 Mei 1762, dan merupakan pionir dalam mengembangkan aliran idealism
tersebut. Hegel belajar teologi dan filsafat di Tubingen, bersama Schelling.
Selama beberapa tahun, Hegel bekerja sebagai dosen pribadi, tetapi berkat suatu
warisan ia mampu melanjutkan studi di Jena, kemudian ia menjadi dosen filsafat.
Pikiran-pikiran pokok
a. Idealisme mutlak
Orientasi filsafatnya adalah
keagamaan yang kuat dan segala sesuatunya dapat diketahui.Hegel menolak teori
Kant dan berpendapat bahwa Kant berbuat kebingungan kategori dalam
mempermasalahkan eksistensi Tuhan sebagai All Perfect Being. Hegel menyatakan kekeliruan Kant sehubungan
dengan perbedaaan kategori, finite dan infinite. Kemudia Hegel berkata pada Kant, jangan menyamakan eksistensi
Tuhan (infinite) dengan
eksistensi yang finite.
b. Struktur dialektis filsafat
Hegel
Hegel mengatakan bahwa proses
historis bersifat dialektis. Dialektika berasal dari kosa kata Yunani Kuno yang
merujuk semacam pemikiran. Dalam karyanya, dialektika ini menunjukkan suatu
suatu proses pemikiran atau logika.
Hegel memandang keseluruhan sejarah
manusia sebagai penampakan dari pola ini yang mana periode watu tertentu memuat
beberapa konsepsi mengenai hal-hal tertentu dan konsepsi tersebut memuat di
dalamnya kontradiksi-kontradiksi atau kesulitan-kesulitan tertentu yang
akhirnya menjadi eksplisit. Dan teori – teori dialektisnya adalah :
- berpikir secara dialektis berarti berpikir dalam totalitas.
- seluruh proses dialektis itu sebenarnya merupakan “realitas yang sedang bekerja”.
- berpikir dialektis berarti berpikir dalam perspektif empiris-historis.
- berpikir dialektis berarti berpikir dalam kerangka kesatuan teori dan praxis.
The
phenomenology of Spirit adalah usaha Hegel untuk menyelidiki sejarah dengan
proses dialektikal pemikiran. Roh adalah dunia Hegel bagi Akal Kosmik yang
mengenal dirinya sendiri dalam alur proses historis dan dialektikal yang
terjadi.Yang mana dialektik merupakan suatu “irama” yang memerintahkan seluruh
pikiran Hegel. Kelemahan filsafat Hegel antara lain bahwa segala sesuatu
“dicocokkan” dengan struktur ini, “dipaksakan”untuk menerima bentuk yang sesuai
dengan keseluruhan.
c. Keyakinan dasar
Menurut Hegel, “ide yang dapat
dimengerti” dan “kenyataan” itu sama. Rasionalitas dan realitas itu sama, tidak
ada perbedaan antara “rasio” dan “realitas”. Yang dimengerti itu real, dan yang
real itu dimengerti. “Berpikir” dan “ada” itu sama. Seluruh kenyataan itu satu
proses dialektis.
d. Roh
Hegel mengusulkan idealisme absolut.
Ia berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk oleh pikiran individu tetapi oleh
suatu Akal Kosmik tunggal yang disebut Roh. Hegel mengatakan, seluruh kenyataan
merupakan satu “kejadian” besar, dan kejadian ini adalah “kejadian roh”.
Menurut Hegel, keseluruhan sejarah manusia adalah Roh yang memahami
dirinya sebagi suatu realititas.
Hegel menyatakan bahwa ada berbagai
cara untuk memandang dunia. Ada sejumlah “bentuk-bentuk kesadaran”.
Bentuk-bentuk kesadaran tersebut menyatakan lebih baik atau mungkin lebih
lengkap, bahwa sesuatu muncul sebagai bagian dari keseluruhan.
Kaitan Pemikiran Hegel dengan ilmu Komunikasi
Hegel mengatakan, “ide yang dapat dimengerti”
dan “kenyataan” itu sama. Jika kalimat Hegel dikaitkan dengan kalimat Floyd L.
Ruch yang mengatakan “berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur
lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung
melakukan kegiatan yang tampak” , terdapat korelasi diantara keduanya.
Kalimat Hegel yang menyatakan bahwa
rasionalitas dan realitas itu sama, tidak ada perbedaan antara “rasio” dan
“realitas”, memang dapat dibuktikan. Akan tetapi, kalimat ini tidak sejalan
dengan pengertian realitas yang sesungguhnya. Jika dalam hal menghitung
menggunakan rasional sesuai dengan realitas, belum tentu pada keadaan sosial
sesuai realitas.
Charles E.
Osgood, G. Suci, dan P. Tannenbaum membuat suatu instrumen Beda-Semantik untuk
mengukur keakuratan suatu realitas. Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
karya Prof. Deddy Mulyana, dikatakan bahwa realitas yang sebenarnya tidak
bersifat hitam-putih, tetapi terdiri dari jutaan corak abu-abu dan warna
lainnya. Realitas secara utuh tidak dapat diungkapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar