Kamis, 30 Mei 2013

Zaman Romantik menurut George W. F. Hegel




Zaman romantic muncul pada tahun 1750 setelah zaman modern lainnya, yaitu zaman Renaissance, Barok, dan zaman Fajar Budi. Pada zaman romantic, aliran yang digunakan oleh tokoh-tokoh besat saat itu adalah aliran idealism. Aliran Idealisme itu sendiri memprioritaskan terhadap ide-ide dan berlawanan dengan “materialism” yang memprioritaskan dunia material saja. Tokoh zaman romantic yang menganut aliran idealisme adalah George Wilhelm Friedrich Hegel.
George Wilhelm Friedrich Hegel lahir di Jerman pada19 Mei 1762, dan merupakan pionir dalam mengembangkan aliran idealism tersebut. Hegel belajar teologi dan filsafat di Tubingen, bersama Schelling. Selama beberapa tahun, Hegel bekerja sebagai dosen pribadi, tetapi berkat suatu warisan ia mampu melanjutkan studi di Jena, kemudian ia menjadi dosen filsafat.

Pikiran-pikiran pokok
a.       Idealisme mutlak
Orientasi filsafatnya adalah keagamaan yang kuat dan segala sesuatunya dapat diketahui.Hegel menolak teori Kant dan berpendapat bahwa Kant berbuat kebingungan kategori dalam mempermasalahkan eksistensi Tuhan sebagai All Perfect Being. Hegel menyatakan kekeliruan Kant sehubungan dengan perbedaaan kategori, finite dan infinite. Kemudia Hegel berkata pada Kant, jangan menyamakan eksistensi Tuhan (infinite) dengan eksistensi yang finite.
b.      Struktur dialektis filsafat Hegel
Hegel mengatakan bahwa proses historis bersifat dialektis. Dialektika berasal dari kosa kata Yunani Kuno yang merujuk semacam pemikiran. Dalam karyanya, dialektika ini menunjukkan suatu suatu proses pemikiran atau logika.
Hegel memandang keseluruhan sejarah manusia sebagai penampakan dari pola ini yang mana periode watu tertentu memuat beberapa konsepsi mengenai hal-hal tertentu dan konsepsi tersebut memuat di dalamnya kontradiksi-kontradiksi atau kesulitan-kesulitan tertentu yang akhirnya menjadi eksplisit. Dan teori – teori dialektisnya adalah :
  1.  berpikir secara dialektis berarti berpikir dalam totalitas.
  2. seluruh proses dialektis itu sebenarnya merupakan “realitas yang sedang bekerja”.
  3. berpikir dialektis berarti berpikir dalam perspektif empiris-historis.
  4. berpikir dialektis berarti berpikir dalam kerangka kesatuan teori dan praxis.
            The phenomenology of Spirit adalah usaha Hegel untuk menyelidiki sejarah dengan proses dialektikal pemikiran. Roh adalah dunia Hegel bagi Akal Kosmik yang mengenal dirinya sendiri dalam alur proses historis dan dialektikal yang terjadi.Yang mana dialektik merupakan suatu “irama” yang memerintahkan seluruh pikiran Hegel. Kelemahan filsafat Hegel antara lain bahwa segala sesuatu “dicocokkan” dengan struktur ini, “dipaksakan”untuk menerima bentuk yang sesuai dengan keseluruhan.
c.       Keyakinan dasar
Menurut Hegel, “ide yang dapat dimengerti” dan “kenyataan” itu sama. Rasionalitas dan realitas itu sama, tidak ada perbedaan antara “rasio” dan “realitas”. Yang dimengerti itu real, dan yang real itu dimengerti. “Berpikir” dan “ada” itu sama. Seluruh kenyataan itu satu proses dialektis.
d.      Roh                                                                           
Hegel mengusulkan idealisme absolut. Ia berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk oleh pikiran individu tetapi oleh suatu Akal Kosmik tunggal yang disebut Roh. Hegel mengatakan, seluruh kenyataan merupakan satu “kejadian” besar, dan kejadian ini adalah “kejadian  roh”. Menurut Hegel, keseluruhan sejarah manusia  adalah Roh yang memahami dirinya sebagi suatu realititas.
Hegel menyatakan bahwa ada berbagai cara untuk memandang dunia. Ada sejumlah “bentuk-bentuk kesadaran”. Bentuk-bentuk kesadaran tersebut menyatakan lebih baik atau mungkin lebih lengkap, bahwa sesuatu  muncul sebagai bagian dari keseluruhan.

Kaitan Pemikiran Hegel dengan ilmu Komunikasi
Hegel mengatakan, “ide yang dapat dimengerti” dan “kenyataan” itu sama. Jika kalimat Hegel dikaitkan dengan kalimat Floyd L. Ruch yang mengatakan “berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak” , terdapat korelasi diantara keduanya.
Kalimat Hegel yang menyatakan bahwa rasionalitas dan realitas itu sama, tidak ada perbedaan antara “rasio” dan “realitas”, memang dapat dibuktikan. Akan tetapi, kalimat ini tidak sejalan dengan pengertian realitas yang sesungguhnya. Jika dalam hal menghitung menggunakan rasional sesuai dengan realitas, belum tentu pada keadaan sosial sesuai realitas.
            Charles E. Osgood, G. Suci, dan P. Tannenbaum membuat suatu instrumen Beda-Semantik untuk mengukur keakuratan suatu realitas. Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar karya Prof. Deddy Mulyana, dikatakan bahwa realitas yang sebenarnya tidak bersifat hitam-putih, tetapi terdiri dari jutaan corak abu-abu dan warna lainnya. Realitas secara utuh tidak dapat diungkapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar