Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta
Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa
kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat
pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia
memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program
doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford
University. Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti
tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964 Albert
Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American
Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada
tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears
dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses
identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi
pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama
mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip
itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh
paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan
pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Teori Belajar
Sosial Kognitif
Belajar (learning) dapat didefenisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir,
yang diperoleh melalui pengalaman.
Cakupan belajar itu luas, tidak hanya belajar melibatkan perilaku akademik saja
melainkan non-akademik juga. Albert Bandura menyatakan bahwa belajar itu
didasarkan dengan proses mental yang ia kembangkan dengan teori belajar sosial
kognitif.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori
belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial
ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar
dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada
proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kognitif,
kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari
orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh
kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus –
stimulus lingkungan.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social ( Social Learning Teory )
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang
terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri.
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif serta factor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert
Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social.
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura mengembangkan model deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga
faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa
saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi
perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi
perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif
terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Teori
Pembelajaran Modeling
Teori belajar modeling merupakan teori yang
dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan
mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain disekitar kita. Modeling
yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan
melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari
modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya
dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian
yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan
mencontoh perilaku dari orang – orang tersebut, namun kita juga memperhatikan
hal – hal apa saja yang baik semestinya untuk ditiru atau dicontoh dengan cara
melihat bagaimana reinforcement atau punishmentnya yang akan ditiru. Dengan
kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba – tiba atau
instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical conditioning maupun
pendekatan belajar operant conditioning. Namun, pembelajaran melalui modeling
waktu yang digunakan cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan
classical dan operant conditioning. Dalam konsep belajar ini, orang tua
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak
untuk menirukan tingkah laku yang akan mereka pelajari.
Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat
di dalam pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention),
pengendapan (retention), reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).
1.
Perhatian(attention),
yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan
yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2.
Pengendapan(retention),
dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap
informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut
saat diperlukan.
3.
Reproduksi
motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik
seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4.
Penguatan(motivation),
penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita
nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi
yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan
belajarnya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor
biologi. Faktor biologi juga sangat penting dalam penunjangan proses
pembelajaran modeling secara penuh. Karena apabila faktor biologi kita tidak
mendukung, maka proses pembelajaran yang akan dilakukan juga akan mengalami
kendala.
·
Ciri
– ciri teori Pemodelan Bandura :
- Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,
- Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain,
- Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model,
- Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif,
- Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
·
Jenis
– jenis Peniruan (Modeling):
1.
Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan
berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran
ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu
dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2.
Peniruan
Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui
imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang
dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3.
Peniruan
Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan
cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan
tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
4.
Peniruan
Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya
sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh:
Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.
Peniruan
Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Eksperimen
Albert Bandura
Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi
Observastional Learning atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi
sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang
sangat penting dari Albert bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar
tidak hanya dengan classical dan operant conditioning, tetapi juga dengan
mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut disebutnya dengan
peniruan atau modeling.
Untuk mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya
tersebut, Albert Bnadura melakukan penelitian pada dua orang anak untuk
mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di
laboratoriumnya dengan kondisi yang sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian
memperbandingkan proses belajarnya dengan menggunakan tontonan film. Percobaan
tersebut sering dikenal sebagai percobaan dengan boneka bobo doll. Bandura
memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah tersedia satu buah
boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.
Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada
ruangan dengan kondisi yang sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film
action(film laga), sedangkan anak yang kedua tidak diberi tontonan film action
tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu dibiarkan berada pada ruangannya
masing – masing dengan boneka yang telah disiapkan sebelumnya.
Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala
perilaku atau tindakan yang ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya.
Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan memperhatikan boneka yang ada
dihadapannya tanpa melakukan hal – hal yang bersifat action seperti pada anak
yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih agresif
dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut
disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang
pertama meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain – pemain
film action yang ia tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll
yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan
modeling.
Place Learning
Dalam percobaannya yang
pertama untuk menguji proses belajar dari sudut pandang kognitif, Tolman
mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang menjadi hewan percobaan berlari dari titik A di
seberang meja bundar terbuka melalui titik C D(yang memiliki dinding gang) dan akhirnya ke titik G,
dimana kotak makanan disediakan. Sementara itu H adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik
G ke F.Setelah empat malam(tiga
percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk
berjalan secara langsung dan tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan matahari. Jalan awal dan meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar
ditambahkan.
Tikus
– tikus itu kembali berlari dari titik A,
lalu melintasi meja bundar ke gang dan menemukan diri
mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai
menjelajahi hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang
tersingkat untuk mencapai kotak makanan tersebut.
Dari percobaan
tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar peta kognitif
dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak
makanan). Peta kognitif ialah kesadaran
mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik atau unsur-unsur yang terkait.
Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa
yang disebut sebagai belajar respons (response learning) dan belajar
tempat (place learning). Response learning terjadi ketika tikus
tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya pada makanan. Sedangkan place
learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk mengasosiasikan adanya
makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan bahwa semua tikus
dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial dan
tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan
beberapa tikus tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.
Latent Learning
Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan dalam performance atau dengan kata lain belajar laten
merupakan belajar yang tidak mendapat penguatan yang tidak secara langsung
ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar laten merupakan teknik
belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut
dinyatakan dalam perilaku.
Eksperimen teori belajar laten yang
paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan Honzik (1930) dengan melibatkan tiga
kelompok tikus yang mencoba belajar untuk memecahkan suatu kebingungan
(jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama, tidak pernah diperkuat
untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu diperkuat, sedangkan
kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.
Nah, berdasarkan teori belajar
laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang siur sama halnya dengan
kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan diperkenalkan pada
hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti kelompok yang
secara terus menerus diperkuat.
Insight Learning and Learning Sets
Wolfgang Kohler melakukan eksperimen
pada Simpanse untuk mendukung teorinya tentang Insight Learning and Learning Sets di Pulau Canary pada tahun
1913-1920. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan oleh Wolfgang Kohler:
Eksperimen I
Wolfgang Kohler membuat sebuah
sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah tongkat. Simpanse kemudian
dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi buah pisang.
Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk
mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse
mendapat masalah dalam dirinya, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan buah
pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah
pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen II
Pada
eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu
bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi
dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu
mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar.
Tiba-tiba muncul insight (pemahaman)
dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua
tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang
yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini
berhasil.
Eksperimen III
Dalam eksperimen yang ketiga,
Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar, Simpanse, dan buah pisang. Namun
dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah kotak yang kuat untuk bisa
dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang
digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat
sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight dalam diri Simpanse yakni
mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang. Selanjutnya,
Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Eksperimen IV
Eksperimen yang
keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah pisang yang
diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam
sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu
untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di
dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang
satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan
ia berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas
sangkar dengan tangannya.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut,
Kohler menjelaskan bahwa Simpanse dalam percobaan harus dapat membentuk
persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang
relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Percobaan
tersebut menjelaskan bagaimana Simpanse dapat memecahkan masalahnya dengan insight yang dimilikinya dimana insight tersebut digunakan untuk
memecahkan permasalahan lainnya.
Insight
learning adalah
sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme memiliki pemahaman
mendalam/ insight (ide) secara
tiba-tiba terhadap suatu masalah untuk
memahami dan memecahkan masalah tersebut.
Faktor Biologis
Belajar adalah proses
yang secara harfiah membentuk kehidupan kita. Kita harus ingat bahwa kemampuan
kita untuk belajar dari pengalaman tidak terbatas, dipengaruhi dalam berbagai
cara oleh faktor biologi
Penelitian Susan Mineka
dari universitas Northwestern dan rekan-rekannya menunjukkan kesiapan biologis
untuk belajar rasa takut dalam beberapa hal lebih mudah daripada belajar rasa
takut dari proses modeling. Dari sebuah penelitian, cook dan mineka (1990)
menunjukkan monyet di sebuah laboratorium yang belum pernah melihat rekaman
video ular, lalu monyet tersebut berperilaku ketakutan di hadapan ular buatan
dan tidak berperilaku ketakutan di depan bunga buatan. Seperti yang telah
diharapkan, monyet di laboratorium menunjukkan peningkatan besar rasa ketakutan
mereka terhadap ular buatan. Kelompok monyet yang lain ditunjukkan rekaman
video yang diedit yang menampilkan monyet liar penuh ketakutan pada bunga-bunga
dan bukan ular. Paparan video ini tidak membuat takut pada ular maupun pada
bunga.
REFERENCE:
REFERENCE:
- King, Laura A., 2010. Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
- Plotnik, Rod., 2005. Introduction To Psychology. Thomson Learning. America. Feldman,
- Robert S., 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
- Lahey, Benjamin B., 2007. Psychology An introduction. McGraw-Hill. Amerika
- http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html
- http://psychclassics.yorku.ca/Tolman/Maps/maps.htm
thank you mbak ade engkaulah penyelamatku di tengah tugas UAS ini :)
BalasHapusJazaakillahu khairan .. jadi mudah tentang Albert BAndora
BalasHapusada yang tau beli buku teori belajar?
BalasHapusMba ade judul buku apa ya yang bisa saya miliki buat belajar social learning theory bandura
BalasHapusbermanfaat buat tambahan wawasan
BalasHapusKak mau tanya kalau belajar dari buku resep itu bisa dibilang observational atau modeling gak?
BalasHapusSelamat pagi.... Kak.... Mau tanya buku Teori modelling itu klo dibeli apa ya judul bukunya?
BalasHapusBanyak terimakasih,,
BalasHapusArtikel ini sangat membantu tugas saya.